Belajar Menghadapi Hidup Dari Seorang Gadis Kecil

Seorang gadis kecil dari kota Medan, namanya Siti Aisyah Pulungan. Umurnya baru 8 tahun, namun perjuangan hidupnya luar biasa. Ditinggalkan oleh ibu kandungnya sejak umur setahun dan tinggal bersama ayahnya yang berprofesi sebagai seorang supir mobil boks. Namun itu dulu, karena sejak sekitar dua tahun lalu, ayah Aisyah tidak bisa bekerja lagi karena sakit. Penyakitnya pun cukup berat, paru-paru akut! Sakit paru-paru, tidak punya pekerjaan, & tidak punya tempat tinggal karena tidak sanggup lagi membayar biaya kontrakan. Uang yang ada habis untuk biaya pengobatan sang ayah. Kondisi tersebut membuat Aisyah putus sekolah & harus mengurusi ayahnya, mulai dari memberi makan, minum, obat, & membersihkan tubuh ayahnya Aisyah melakukan itu semua dengan menggunakan becak motor pengangkut barang. Subhanallah

 Aisyah-lah yang mengayuh becak motor tersebut setiap hari. Berbeda dengan sang ayah yang pasrah, Aisyah justru selalu semangat menghadapi hidup seraya berdoa ayahnya bisa sembuh & mampu mencari nafkah lagi agar ia bisa bersekolah lagi. Setiap hari, Aisyah mencoba menjemput rizqi tanpa harus menegadahkan tangannya di lampu merah, melainkan melalui pemberian dari para dermawan yang langsung melihat perjuangan hidup ayah & anak tersebut. Tentulah hal itu tidak bisa menjamin kesejahteraan kondisi Aisyah & ayahnya dalam jangka waktu lama kecuali menolong mereka sesaat dari masalah kelaparan saja. Tempat berteduh pada malam hari di emperan toko. Sebulan belakangan ini, Aisyah & ayahnya bisa bermalam di Mesjid Raya di jalan Sisingamangaraja Medan, meskipun jika ada “tamu” mereka harus menyingkir.

Beratnya kehidupan seorang gadis kecil bernama Aisyah baru bisa tertolong setelah ada media yang meliputnya sehingga ia mendapat banyak simpati & perhatian besar dari masyarakat, terutama bapak Walikota Medan & Pelaksana Tugas Walikota. Alhamdulillah… Aisyah kini bisa mewujudkan impiannya yang sempat hilang yaitu bersekolah kembali, meskipun ia harus mengulang lagi dari kelas satu. Dulu ia pernah bersekolah kelas 1 SD di Jalan Halat, Medan & kini ia melanjutkan sekolahnya di SDN No 060786, dekat rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Setiap hari kini ia dicukupi kebutuhan pangan, sandang, papan, & bisa bermain dengan kawan-kawan sebayanya lagi. Selain itu, ayahnya mendapat perawatan intensif di RSUD dr Pirngadi Medan. Biaya bagi Aisyah dan ayahnya ditanggung oleh Pemkot Medan.

Allah Sang Pemilik Kehidupan tidak pernah tidur. Kehidupan Aisyah kini berbuah manis & hal tersebut menjadikan sebuah perenungan bagi kita semua. Bahwa sebagai manusia, kita semua memang tidak ada yang luput dari ujian Allah. Namun, tidak semua manusia bisa lolos dari ujian Allah tersebut. Seorang Aisyah telah membuka mata kita bahwa hidup ini memang penuh perjuangan. Tiap perjuangan membutuhkan kesabaran. Ditambah lagi sikap berbakti kepada orang tua mempermudah terwujudnya mimpi & terbukanya pintu rizqi. Subhanallah…    Bandingkan dengan anak-anak yang lahir dari keluarga berada & tercukupi dengan mudah semua kebutuhannya… tiada ketegaran menjalani ujian hidup karena terbiasa dimanja oleh kemudahan memperoleh sesuatu, bahkan kemewahan…

Alangkah indahnya jika semua anak Indonesia memiliki kepribadian seperti Aisyah.. pantang menyerah & berani menjalani ujian hidup, sabar & ikhlas tanpa mengeluh atas kesulitan yang menghadang, serta tetap memiliki motivasi tinggi untuk belajar & meraih cita-cita tinggi demi masa depan. Sebagai orang dewasa pun sama, kita bukannya tidak bisa belajar dari seorang Aisyah. Di atas semua itu, iman yang harus kita tanam kuat dalam diri agar mampu menjadi manusia yang kuat menjalani semua ujianNya…

3 comments on “Belajar Menghadapi Hidup Dari Seorang Gadis Kecil

  1. Aditya berkata:

    ceritanya sangat menyentuh 😦

  2. Aditya berkata:

    ceritanya sangat menyentuh

    • dewipangalila berkata:

      Betul sekali, Mas Adit. Kehidupan seorang Siti Aisyah Pulungan ini betul2 menyentuh perasaan… ada hikmah yang bisa kita petik…
      Terima kasih ya, sudah comment tulisan saya

Tinggalkan komentar